Adaro Energy Indonesia (ADRO), sebuah perusahaan yang berfokus pada batubara, secara ambisius melakukan transisi untuk menjadi penyedia energi ramah lingkungan dengan berinvestasi pada bisnis energi terbarukan. Pada tahun 2024, perseroan telah mengalokasikan $300 juta (Rp 4,78 triliun) dari total belanja modal sebesar $600-700 juta untuk pengembangan lini bisnis energi terbarukan.
Direktur Utama Garibaldi Thohir mengatakan perseroan tidak berencana membuka tambang baru atau mengakuisisi aset serupa. Sebaliknya, Adaro bertujuan untuk memaksimalkan eksplorasi tambang yang ada. Komitmen ini merupakan bagian dari upaya tahap awal perusahaan untuk bertransisi menjadi penyedia energi ramah lingkungan.
“Aset yang ada akan kami optimalkan pemanfaatannya secara maksimal,” jelasnya saat paparan publik, Rabu.
Garibaldi yang sering disapa “Boy Thohir” menegaskan komitmen perusahaan terhadap transformasi energi ramah lingkungan. “Adaro sangat serius dalam melakukan transformasi ini. Kami berupaya untuk memasuki semua jenis energi ramah lingkungan, termasuk teknologi penangkapan karbon di masa depan,” ujarnya.
Meski transisi menuju energi ramah lingkungan membutuhkan waktu, Garibaldi meyakini permintaan energi ramah lingkungan semakin meningkat setiap tahunnya. “Selain permintaan dalam negeri, prospek energi hijau juga terbuka untuk pasar internasional, termasuk Singapura dan negara lainnya,” imbuhnya.
Permintaan utama berasal dari dukungan kendaraan listrik (EV), khususnya aluminium. Garibaldi mengatakan, permintaan aluminium akan terus meningkat seiring dengan kebutuhan bodi mobil yang lebih ringan untuk performa EV yang optimal. Permintaan ini akan dipasok oleh anak usaha perseroan yang bergerak sebagai produsen aluminium ramah lingkungan.
“Permintaan aluminium untuk EV harus ringan karena baterainya berat. Untuk mengoptimalkan jarak, kendaraan membutuhkan bodi yang lebih ringan yang terbuat dari aluminium. Kami akan memasok untuk pasar domestik dan ekspor,” jelasnya.
Selain pernyataan Garibaldi, Direktur Adaro Energy Indonesia Christian menyebutkan di sektor pembangkit listrik tenaga air, perseroan menargetkan memiliki pembangkit listrik tenaga air berkapasitas hingga 1,3 gigawatt (GW) yang berlokasi di Mentarang Induk, Kalimantan Utara. Proyek tersebut diharapkan selesai pada tahun 2030, dan saat ini perusahaan sedang dalam tahap persiapan.
“Setelah PLTA ini beroperasi, kami berharap listrik yang dihasilkan dapat digunakan untuk memproduksi aluminium ramah lingkungan,” kata Christian.
Saham Adaro naik 1,4 persen pada awal perdagangan Kamis.